Kala kita sudah berbeda arah
seiring berjalannya waktu, perlahan pula aku mengerti kemana seharusnya aku pergi.
berbeda seperti saat itu, saat dimana aku berjalan dengan bahagianya bersama dia yang selalu ada
tapi, sejak waktu itu pula aku tak menyadari, dia hadir untuk pergi
ya, dia tidak untuk selamanya, dia bukan tujuanku
jalan ini sudah berbeda, dengan gugup aku sedikit mengintip kearah ia pergi, dan aku melihatnya bahagia
senyum ini merekah, entah untuk arti yang mana, masih terasa sakit tapi aku bersyukur tak lagi sesakit dulu
bukankah seharusnya aku bersyukur atas kehadirannya dulu
seharusnya aku sadar, ia terlahir untuk membuatku bahagia, meski akhir cerita aku tak mampu lagi menyentuhnya
aku percaya, Tuhan memiliki hadiah indah jika aku berjuang menuju garis finish
aku juga percaya, Tuhan telah menyiapkan hadiah khusus untuknya, meski bukan aku yang Tuhan letakkan di kotak hadiahnya
mungkin rangkaian huruf dalam namanya masih akan berlanjut dalam doa
entah sampai kapan, ah mungkin sampai waktu mengizinkanku menghapus semua rasa yang kini terasa beku
meski rasa mungkin telah berpindah, tapi entah mengapa masih terasa menyiksa kala alasan bahagianya bukanlah karenaku
egois, ya memang, aku benar-benar tak boleh membawanya dalam paksaan
aku tak boleh membiarkannya bertahan karena terpaksa
bukankah benar, melihatnya bahagia juga adalah lebahagiaan untuk diriku sendiri
meski aku bukanlah lagi menjadi alasan kebahagiaannya
tetaplah bersinar, dengan begitu aku juga akan berusaha kembali bersinar...
0 Response to "Kala kita sudah berbeda arah"
Post a Comment