Bunga berkelopak cokelat
Musim semi yang indah, bunga itu kuncup dengan perlahan, terlihat indah jika aku memperthatikannya dengan baik, ia seakan tengah membagikan kebahagiaannya membuatku ingin merasa sepertinya, mekar dan sangat indah, berbeda dengan bunga diujung sana, ia terlihat kering dan sangat layu, kelopaknya mulai berwarna cokelat pucat, tangkainya pun tak lagi sekuat bunga lain yang tengah sibuk bermekaran disekitarnya.
Aku melihat mereka, orang-orang disana menyaksikan hal yang sama denganku, sekumpulan padang bunga yang sangat menarik perhatian, beberapa dari mereka memetik salah satu bunga yang sangat cantik disana, sedangkan bunga dengan kelopak cokelat itu masih tetap ditempatnya, ia seakan tenggelam dan tak terlihat, kurasa aku tengah berkaca pada bunga itu, ya mungkin kita memiliki nasib yang sama hai bunga dengan kelopak cokelat pucat.
Layu dan berkembang, bukankah itu adalah salah satu tanda adanya awal dan akhir, adanya kehidupan dan kematian, adanya bangkit dan jatuh? Aku sadar akan satu hal, mungkin aku merasa kehilangan satu dari miliyaran kebahagiaanku, tapi itu sama sekali tak merubah perjalanan hidup yang kujalani, semua masih sama, sampai saat ini adanya awal dan akhir, adanya kehidupan dan kematian, adanya bangkit dan jatuh masih terjadi, dan Tuhan telah membuatku merasakan semua hal itu, awal dan akhir, adanya kehidupan dan kematian, adanya bangkit dan jatuh.
Aku masih mampu melangkah dan bernafas, bahkan masih mampu melihat meski mungkin sudah ribuan liter airmata yang kujatuhkan sia-sia, bukankah itu tandanya Tuhan masih mempercayaiku menjaga dan menjalani semuanya dengan baik? Bukankah akhir ini hanyalah akhir dari sebuah halaman yang telah Tuhan tulis? Bukankah masih banyak halaman lain yang akan menarik? Dan bukankah Tuhan adalah penulis cerita paling hebat, karena ia memiliki sebuah keajaiban dan kejutan disetiap paragraf tulisannya
Ah, setidaknya aku tak ingin hidupku sama seperti dengan bunga kelopak cokelat ini, aku tak ingin tenggelam diantara banyaknya yang lebih indah dariku, aku hanya ingin mereka melihatku dengan apa yang kumiliki, memilihku dengan apa yang telah Tuhan beri, ah aku melihatnya ia sangat indah tapi juga sangat pucat, biarkan aku menyebut nama itu dalam do'aku, dan membiarkan nama dia yang dulu berada dalam doa si Bunga berkelopak Cerah itu.
0 Response to "Bunga berkelopak cokelat"
Post a Comment