Tajamnya Pedang Umar bin Khattab, Namun Lembut Perilaku ke Istri

Tajamnya Pedang Umar bin Khattab, Namun Lembut Perilaku ke Istri
Kita mungkin sering mendengar atau membaca kisah bagaimana keberanian Umar bin Khattab di medan perang untuk membela islam. Tak segan-segan menantang kaum kafir Quraisy yang menghalangi perjalanan hijrahnya, dan ia tidak segan-segan untuk membunuhnya. Kejam dan tegas, itulah Umar. Namun, ada sisi lain yang belum kita ketahui, ternyata Umar memiliki perawakan yang lembut ketika berhadapan dengan istrinya.

Sebuah renungan disampaikan Ustadz Budi Ashari, Lc, seorang ahli parenting nabawiyah layak diteladani, bahwa ribuan tahun lalu ada seorang pemimpin dunia, Umar bin Khattab yang kita tahu ia seorang yang berani, tegar, tangguh dan paling tidak bisa basa basi kalau sudah yang namanya kebenaran. Ternyata dibalik karakter Umar, ia adalah sosok yang lemah lembut terhadap istrinya.

Salah satu bukti kesabaran dan kelembutan Umar dikisahkan dalam Kitab Nurul Abshar ditulis As Syablanji Al Mishri dan Kitab Al Minhaj yang ditulis Hasyiyah Al Bijraini, bahwa ada seorang lelaki yang datang ke rumah Umar untuk mengadukan perihal istrinya yang sangat cerewet dan suka marah marah.

Kemudian, begitu sampai di rumah Umar, tak sengaja saat hendak mengetuk pintu rumah Umar, ia mendengar bahwa istri Umar pun sedang marah marah pada Umar. Lelaki itu pun langsung pergi.

Bila kita menjadi lelaki itu, tentu sudah bisa menebak apa yang telah terbersit di hatinya. Maka, disinilah jawaban mengapa Umar senantiasa sabar dan lembut menghadapi istrinya.

Tak perlu menunggu lama lagi di depan pintu, lelaki itu pun berlalu, namun setelah Umar selesai mendengarkan istrinya, ia pun mengejar lelaki itu,

‘Saudaraku, sepertinya engkau sedang perlu denganku?’

‘Iya, saya hendak mengadukan tentang istriku yang cerewet dan marah marah kepadaku, ternyata istrimu juga memarahi engkau, maka apa gunanya aku mengadu padamu, wahai Umar’.

Maka mengalirlah kalimat luar biasa bijak dari sang khalifah, dan menjadi bahan renungnan untuk para suami dan istri.

‘Ada empat alasan yang membuat aku sabar dan lembut menghadapi istriku, pertama, dialah yang memasak makananku, kedua, dialah yang membuat, mengadoni dan memasakkan rotiku, ketiga, dialah yang mencucikan pakaianku, alasan keempat, dialah yang menyusui anak anakku’

Adapun penjelasan dari empat alasan Umar, dijabarkan kembali oleh Ustadz Budi, poin satu dan dua, terkait urusan dapur, poin ketiga bisa dihubungkan dengan urusan sumur, dan poin terakhir, kalau dalam bahasa kita, bagian ini adalah urusan kasur.

Ternyata, ketiga urusan tersebut, bukanlah urusan sepele, bahkan bila dilakukan dengan ikhlas akan menjadi kemuliaan bagi seorang istri dan ibu. Sebab itulah Umar selalu sabar menghadapi istrinya bahkan dengan segala kekurangan istrinya.

‘Sabar saudaraku, karena hal itu (cerewet dan marahnya sang istri) hanya berlangsung sementara dan kemudian hilang’, begitulah Umar mengakhiri nasihatnya kepada lelaki itu.

Mari kita bandingkan dengan kondisi sekarang, setiap hari kita disuguhkan berbagai berita perceraian dan kekerasan rumah tangga serta tontonan sinetron yang tidak jauh jauh mengangkat dua tema tersebut.

Sesungguhnya Baginda Rasulullah SAW juga turut menasihati para suami sejak berabad abad lalu pula

‘Yang terbaik diantara kalian adalah yang terbaik terhadap keluarga/istrinya. Dan saya adalah orang yang paling baik terhadap istri/keluarga saya’

Bukan istri yang membuat suami bahagia, tetapi suami yang berbahagialah yang mampu membuat istri bahagia dan awet muda.

Sekali lagi, tidak mudah memang menghadapi orang yang sama setiap harinya, tapi benar apa yang disampaikan oleh pepatah Yunani berikut ini,

‘Successful marriage requires falling in love many times with the same person’

Pernikahan yang sukses itu tidak bisa terjadi selayaknya air mengalir apa adanya, tetapi pernikahan yang sukses memerlukan usaha untuk jatuh cinta berkali kali pada orang yang sama.

Mari kita berjuang untuk pernikahan dan rumah tangga kita yang lebih baik, hingga para bidadari surga pun cemburu. Semoga puisi ‘Barangkali’ dari Fahd Pahdepie bisa menjadi secuil renungan tambahan lagi setelah Umar.

Barangkali tak ada istri yang cerewet,

Hanya suami yang kurang mendengarkan

Barangkali tak ada suami yang kurang perhatian,

Hanya istri yang kadang kadang berharap berlebihan

Barangkali tak ada istri yang boros,

Hanya suami yang mengerti kebutuhan-kebutuhan istrinya

Barangkali tak ada suami yang pelit,

Hanya istri yang kurang memahami rencana rencana dan jalan pikiran suaminya

Barangkali tak akan ada pertengkaran yang berlebihan dalam rumah tangga,

Jika suami dan istri bisa duduk bersama untuk saling menatap dengan rasa cinta, merelakan dua pasang telinga untuk saling mendengarkan, melatih dua lidah untuk tak saling menyakiti, menjaga dua hati untuk selalu dan terus menerus saling menyayangi.

0 Response to "Tajamnya Pedang Umar bin Khattab, Namun Lembut Perilaku ke Istri"

Post a Comment