Bercerai memang bukan pilihan Anwar. Pria 45 tahun ini berpisah dengan istri dipicu alasan sepele, yakni Facebook. Rumah tangga yang sudah dibina 17 tahun, retak imbas dari dugaan perselingkuhan sang istri dengan seorang pengusaha yang dikenal via media sosial tersebut.
Anwar, warga Gunung Empat, Kota Balikpapan, korban gugatan cerai. Sang istri mengugatnya ke Kantor Pengadialan Agama Jalan Kolonle H Syariffudin Yoes Nomor 1 Sepinggan Baru, Balikpapan Selatan beberapa waktu lalu.
“Saya sebenarnya tidak ingin bercerai dengan istri, saya ini kerjanya jauh, di Samarinda, satu minggu sekali baru pulang. Tapi pada satu tahun lalu, tepatnya di bulan puasa, istri saya menggugat cerai saya,” kata Anwar menceritakan kisahnya kepada koran Tribun Kaltim dan TribunKaltim.co.
Anwar satu dari warga keluarganya kandas. Angka perceraian di Kaltim, akhir-akhir ini memang relatif tinggi.
Dalam lima tahun terakhir, di dua kota saja di Kalimantan Timur, yakni Samarinda dan Balikpapan, perkara yang diputus cerai mencapai 16.337 kasus. Ratusan kasus di antaranya melibatkan pegawai negeri sipil (PNS).
Usia perceraian pun bervariasi. Dari usia muda, 20 tahun ke bawah, sampai kakek-kakek atau nenek-nenek yang berusia lebih dari 60 tahun.
Penyebab perceraian pun beraneka-ragam. Ada alasan tidak harmonis, karena gangguan pihak ketiga atau perselingkuhan, poligami, alasan cemburu, masalah perekonomian, dan lain-lain.
Anwar, ayah tiga anak ini mengaku berat berpisah dari istri.
“Entah apa penyebabnya, mungkin karena istri saya bertemu dengan pria lain. Sepengetahuan saya, istri saya main Facebook, saya tidak tahu Facebook itu seperti apa. Setelah saya tanya ke teman, saya baru sadar, dunia maya itu membuat istri saya berkenalan dengan pengusaha,” katanya.
Mungkin, lanjut Anwar, “pengusaha itu lebih baik dari saya, saya ini hanya seorang pengusaha kecil-kecilan di Samarinda. Sepertinya pengusaha itu lebih kaya dari saya, tapi sudah hampir satu tahun kami pisah, dia (mantan istri) belum menikah juga.”
Penyebab lainnya bercerai karena masalah ekonomi. Wanita yang bernama Ina, warga Gunung Sari mengaku bercerai karena mantan suaminya kerap memiliki wanita idaman lain. Bukan hanya itu, alasan ekonomi pun memicu perselisihan, kaerna mantan suami tidak memiliki pekerjaan tetap.
Ina yang kesehariaannya berjualan melalui dalam karingan (online) mengaku pria yang menikahinya enam tahun silam kini telah berubah drastis.
“Dia (mantan suami) pernah ketahuan selingkuh dengan teman SMA-nya, satu kali saya maafkan. Karena yang lihat bukan saya, tapi ibu saya. Ternyata dua bulan kemudian saya lihat dengan mata kepala saya sendiri, mereka chatting di Blackberry Massenger (BBM), saya baca semua isi BBM, di situ saya minta cerai, orang tua saya pun menyuruh. Daripada bikin malu keluarga,” katanya.
SAYA MASIH SAYANG SUAMI, SUAMI PUN SAYANG SAYA
Di Samarinda, Ibu Kota Provinsi Kalimantan Timur, dua orang perempuan mendatangi kantor Pengadilan Agama (PA) setempat di Jalan Juanda, Jumat, pekan lalu. Keduanya, secara terpisah, hendak mengambil akta perceraian.
Mawar, nama samaran, bertujuan mengambil akta cerai yang sudah diputus pengadilan. Menurutnya, proses perceraian memakan waktu relatif singkat.
“Mengurusnya tidak lama, saya nggak sampai sebulan,” kata Mawar, yang saat itu mengenakan kerudung dan terlihat rapi dengan balutan baju kaus tangan panjang.
Penyebab utama perceraian bukan akibat masalah perekonomian keluarga. Menurut Mawar, sang suami, tidak pernah lalai menafkahinya dan anak semata wayangnya. Kehadiran wanita ketiga lah penyebab utama rumah tangganya tidak harmonis, kerap diwarnai pertengkaran. Bercerai adalah keputusan yang paling tepat saat ini.
“Karena ada wanita lain juga, ya intinya rumah tangga kami sudah nggak harmonis lagi,” kata Mawar kepada TribunKaltim.co.
Kasus lain, Melati, teman Mawar –juga nama samaran, datang mengambil akta cerai tampak dalam suasana berbeda. Ibu dua anak itu langsung mencium akta cerai yang baru saja diterimanya dari petugas di loket administrasi Pengadilan Agama.
“Saya masih sayang suami, dan suami juga sebenarnya masih sayang saya,” kata Melati, ketika ditanya alasannya mencium akta cerai tersebut.
Hubungan dengan suami menurutnya, baik-baik saja. Tidak ada masalah ekonomi atau pun kehadiran orang ketiga yang membuat keretakan rumah tangga. Namun, mertua atau orangtua suami, belakangan mulai tidak suka atas kehadirannya. Mertua menghasut suami untuk menjauhi istri. Sejak itulah, keharmonisan rumah tangga mulai terganggu. Dan parahnya, sang suami belakangan menuruti kemauan orangtua, menjauhi Melati.
Tidak tahan akan tekanan batin yang semakin lama kian menyiksa, Melati pun memilih hidup sendiri. Ia menggugat cerai suami. “Mertua saya tidak suka dengan saya,” kata Melati.
Alasan Mawar dan Melati seperti tidak adanya keharmonisan rumah tangga dan hadirnya orang ketiga memang menjadi penyebab terbesar perceraian terbesar yang ditangani PA Samarinda. Panitera Muda Hukum PA Samarinda, Sofiah, ditemuia di ruangan kerjanya mengatakan, perceraian memang perkara yang mendominasi ditangani Pengadilan Agama Samarinda setiap tahun.
Kurun waktu, tahun 2012 – April 2015 saja, dari 8.000-an perkara yang masuk di Pengadilan Agama Samarinda, 6.000 di antaranya adalah perceraian, baik itu cerai gugat (CG) yang diajukan istri, atau pun cerai talak (CT) yang diajukan suami.
Sudah tidak adanya keharmonisan menjadi penyebab terbesar, urutan pertama, diikuti kehadiran pihak ketiga, masalah ekonomi, tidak ada tanggungjawab dan cemburu. PA kata Sofia, memang tidak akan langsung mengabulkan permohonan cerai yang diajukan masih-masing pihak.
Selama proses berlangsung, PA akan terus mengupayakan mediasi agar kedua belah pihak tetap bisa rujuk. Tapi tetap saja kata dia, angka yang bisa kembali rujuk sangatlah kecil dan memang biasanya permohonan cerai yang masuk sebagian besar dikabulkan. “Hampir semua permohonan cerai yang masuk itu, dikabulkan,” kata Sofiah. (*)
Anwar, warga Gunung Empat, Kota Balikpapan, korban gugatan cerai. Sang istri mengugatnya ke Kantor Pengadialan Agama Jalan Kolonle H Syariffudin Yoes Nomor 1 Sepinggan Baru, Balikpapan Selatan beberapa waktu lalu.
“Saya sebenarnya tidak ingin bercerai dengan istri, saya ini kerjanya jauh, di Samarinda, satu minggu sekali baru pulang. Tapi pada satu tahun lalu, tepatnya di bulan puasa, istri saya menggugat cerai saya,” kata Anwar menceritakan kisahnya kepada koran Tribun Kaltim dan TribunKaltim.co.
Anwar satu dari warga keluarganya kandas. Angka perceraian di Kaltim, akhir-akhir ini memang relatif tinggi.
Dalam lima tahun terakhir, di dua kota saja di Kalimantan Timur, yakni Samarinda dan Balikpapan, perkara yang diputus cerai mencapai 16.337 kasus. Ratusan kasus di antaranya melibatkan pegawai negeri sipil (PNS).
Usia perceraian pun bervariasi. Dari usia muda, 20 tahun ke bawah, sampai kakek-kakek atau nenek-nenek yang berusia lebih dari 60 tahun.
Penyebab perceraian pun beraneka-ragam. Ada alasan tidak harmonis, karena gangguan pihak ketiga atau perselingkuhan, poligami, alasan cemburu, masalah perekonomian, dan lain-lain.
Anwar, ayah tiga anak ini mengaku berat berpisah dari istri.
“Entah apa penyebabnya, mungkin karena istri saya bertemu dengan pria lain. Sepengetahuan saya, istri saya main Facebook, saya tidak tahu Facebook itu seperti apa. Setelah saya tanya ke teman, saya baru sadar, dunia maya itu membuat istri saya berkenalan dengan pengusaha,” katanya.
Mungkin, lanjut Anwar, “pengusaha itu lebih baik dari saya, saya ini hanya seorang pengusaha kecil-kecilan di Samarinda. Sepertinya pengusaha itu lebih kaya dari saya, tapi sudah hampir satu tahun kami pisah, dia (mantan istri) belum menikah juga.”
Penyebab lainnya bercerai karena masalah ekonomi. Wanita yang bernama Ina, warga Gunung Sari mengaku bercerai karena mantan suaminya kerap memiliki wanita idaman lain. Bukan hanya itu, alasan ekonomi pun memicu perselisihan, kaerna mantan suami tidak memiliki pekerjaan tetap.
Ina yang kesehariaannya berjualan melalui dalam karingan (online) mengaku pria yang menikahinya enam tahun silam kini telah berubah drastis.
“Dia (mantan suami) pernah ketahuan selingkuh dengan teman SMA-nya, satu kali saya maafkan. Karena yang lihat bukan saya, tapi ibu saya. Ternyata dua bulan kemudian saya lihat dengan mata kepala saya sendiri, mereka chatting di Blackberry Massenger (BBM), saya baca semua isi BBM, di situ saya minta cerai, orang tua saya pun menyuruh. Daripada bikin malu keluarga,” katanya.
SAYA MASIH SAYANG SUAMI, SUAMI PUN SAYANG SAYA
Di Samarinda, Ibu Kota Provinsi Kalimantan Timur, dua orang perempuan mendatangi kantor Pengadilan Agama (PA) setempat di Jalan Juanda, Jumat, pekan lalu. Keduanya, secara terpisah, hendak mengambil akta perceraian.
Mawar, nama samaran, bertujuan mengambil akta cerai yang sudah diputus pengadilan. Menurutnya, proses perceraian memakan waktu relatif singkat.
“Mengurusnya tidak lama, saya nggak sampai sebulan,” kata Mawar, yang saat itu mengenakan kerudung dan terlihat rapi dengan balutan baju kaus tangan panjang.
Penyebab utama perceraian bukan akibat masalah perekonomian keluarga. Menurut Mawar, sang suami, tidak pernah lalai menafkahinya dan anak semata wayangnya. Kehadiran wanita ketiga lah penyebab utama rumah tangganya tidak harmonis, kerap diwarnai pertengkaran. Bercerai adalah keputusan yang paling tepat saat ini.
“Karena ada wanita lain juga, ya intinya rumah tangga kami sudah nggak harmonis lagi,” kata Mawar kepada TribunKaltim.co.
Kasus lain, Melati, teman Mawar –juga nama samaran, datang mengambil akta cerai tampak dalam suasana berbeda. Ibu dua anak itu langsung mencium akta cerai yang baru saja diterimanya dari petugas di loket administrasi Pengadilan Agama.
“Saya masih sayang suami, dan suami juga sebenarnya masih sayang saya,” kata Melati, ketika ditanya alasannya mencium akta cerai tersebut.
Hubungan dengan suami menurutnya, baik-baik saja. Tidak ada masalah ekonomi atau pun kehadiran orang ketiga yang membuat keretakan rumah tangga. Namun, mertua atau orangtua suami, belakangan mulai tidak suka atas kehadirannya. Mertua menghasut suami untuk menjauhi istri. Sejak itulah, keharmonisan rumah tangga mulai terganggu. Dan parahnya, sang suami belakangan menuruti kemauan orangtua, menjauhi Melati.
Tidak tahan akan tekanan batin yang semakin lama kian menyiksa, Melati pun memilih hidup sendiri. Ia menggugat cerai suami. “Mertua saya tidak suka dengan saya,” kata Melati.
Alasan Mawar dan Melati seperti tidak adanya keharmonisan rumah tangga dan hadirnya orang ketiga memang menjadi penyebab terbesar perceraian terbesar yang ditangani PA Samarinda. Panitera Muda Hukum PA Samarinda, Sofiah, ditemuia di ruangan kerjanya mengatakan, perceraian memang perkara yang mendominasi ditangani Pengadilan Agama Samarinda setiap tahun.
Kurun waktu, tahun 2012 – April 2015 saja, dari 8.000-an perkara yang masuk di Pengadilan Agama Samarinda, 6.000 di antaranya adalah perceraian, baik itu cerai gugat (CG) yang diajukan istri, atau pun cerai talak (CT) yang diajukan suami.
Sudah tidak adanya keharmonisan menjadi penyebab terbesar, urutan pertama, diikuti kehadiran pihak ketiga, masalah ekonomi, tidak ada tanggungjawab dan cemburu. PA kata Sofia, memang tidak akan langsung mengabulkan permohonan cerai yang diajukan masih-masing pihak.
Selama proses berlangsung, PA akan terus mengupayakan mediasi agar kedua belah pihak tetap bisa rujuk. Tapi tetap saja kata dia, angka yang bisa kembali rujuk sangatlah kecil dan memang biasanya permohonan cerai yang masuk sebagian besar dikabulkan. “Hampir semua permohonan cerai yang masuk itu, dikabulkan,” kata Sofiah. (*)
0 Response to "Pasangan ini Sudah Menikah 17 Tahun Dan Cerai Akibat Perselingkuhan via Facebook"
Post a Comment